BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Linguistik sepadan
dengan kata linguistics (Inggris), linguistique (prancis) dan
linguistiek (Belanda) berasal dari bahasa Latin lingua yang memiliki
arti ‘bahasa’. Dalam bahasa ‘roman’ juga yaitu bahasa yang berasal dari latin
juga terdapat kata serupa yaitu lingua (Italia), lengue (Spanyol),
langue dan langange (Prancis). Dalam bahasa prancis terdapat dua bentuk kata,
yaitu langue yang bermakna suatu bahasa tertentu, langange berarti bahasa
secara umum lalu dikenal juga dengan istilah parole berupa bahasa dalam wujud
nyata yang konkret, berupa ujaran.
Penjelas di atas
merupakan hal mendasar dan paling awal dalam linguistik. Seluk beluk bahasa
secara mendalam dan menyeluruh dapat kita pelajari melalui linguistik.
Linguistik tidak hanya membahas sebuah bahasa, melainkan membahas mengenai
bahasa yang memiliki makna sebagai alat komunukasi manusia secara lisan maupun
tulisan. Seperti pendapat chaer bahwa secara populer orang sering menyatakan
bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa
sebagai objek kajiannya. (2007: 1). Jadi linguistik merupakan ilmu yang di
dukung teori-teori yang dapat dijelaskan dengan bukti yang ada yaitu bahasa.
Berbicara mengenai
teori, selalu dikaitkan dengan pakar. Linguistik juga memiliki pakar yang
bahkan disebut sebagai bapak linguistik, yaitu Ferdinand de Saussure. linguistik mendapatkan banyak
mendapat perhatian melalui pemikiran dan
gagasa-gagasan beliau. Ferdinand juga yang mampu membuat linguistik memiliki
perkembangan sampai saat ini, perkembangan tersebut juga tidak didapatkan begitu
saja. Saat ini kita hanya menerima dan mempelajari mengenali ilmu linguistik a
yang telah tersusun sistematis, padahal linguistik memiliki sejarah yang cukup
panjang hingga bisa sejajar dengan disiplin ilmu lainnya. Makalah ini akan
memberikan pengetahuan mengenai sejarah inguistik modern yang dipelopori oleh
Ferdinand de saussure, walaupun sudah sejarah tetapi masih sangat perlu untuk
dipelajari seluk beluknya, agar pemahaman mengenai linguistik semakin mendalam.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana sejarah perkembangan linguistik
modern?
2) Bagaimana perkembangan
linguistik generatif?
3) Bagaimana perkembangan
linguistik struktural?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Perkembangan Linguistik Modern
2.1.1
Menjelang
Lahirnya Linguistik Modern
Titik terang
terlihatnya linguistik modern yaitu, pada zaman renaisans. Ciri khas pasa zaman
ini adalah adalah para intelektual atau sarjana-sarjana tidak hanya menguasai
bahasa latin, tetapi juga bahasa yang lain seperti bahasa yunani, latin, ibrani
dan arab. Keempat bahasa tersebut juga medapatakan perhatian dalam bentuk
pembahasan, penyusunan tata bahasa, bahkan juga perbandingan. Latar belakang
mereka bisa menguasai bahasa-bahasa tersebut karena, mereka sering melakukan
kunjungan-kunjungan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan dengan bahasa tersebut
tentunya memudahkan aktifitas mereka.
Bahasa-bahasa
tersebut, akhirnya menggeser keberadaan bahasa latin. Pada abad ke-19 bahasa
latin tidak lagi digunakan pada kegiatan pemerintahan dan bahasa pengantar
pendidikan di sekolah. Para peneliti dan ilmuan lebih berfokus pada
bahasa-bahasa yang dianggap memiliki hubungan kekerabatan dari rumpun bahasa
yang sama.
2.1.2
Perkembangan
Linguistik Modern
Perkembangan tata
bahasa atau aliran bahasa terus berkembang dari waktu ke waktu. Setelah bahasa
Yunani mulai kurang peminatnya, maka muncul lagi aliran baru yang menyebut
dirinya tata bahasa struktural. Aliran kelompok linguis ini menganggap bahwa
tata bahasa yang mereka temukan saat ini merupakan penyempurnaan tata bahasa
sebelumnya.
Studi modern
terhadap bahasa (linguistik) biasanya dianggap bermula pada akhir abad 18 dan
awal abad 19, saat para ilmiah mencari hubungan antar berbagai bahasa, khusunya
bahasa-bahasa rumpun Indo-European (Alwasilah, 1985: 26).
Ferdinand de
Saussure dianggap sebagai bapak linguistik, berdasarkan pandangan-pandangan
yang dimuat dalam buku berjudul Course de
Linguistique Generale yang disusun dari catatan-catatan kuliah. Pandangan
yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep (Chaer, 2007: 346)
1) Telaah
Sinkronik dan Diakronik. Sinkronik berarti mempelajari bahasa pada suatu kurun
waktu saja sementara diakronik berarti mempelajari atau menelaah bahasa
sepanjang masa atau sepanjang zaman bahasa itu digunakan oleh penuturnya
2) Perbedaan
langue dan parole. Langue merupakan keseluruhan sistem tanda bersifat abstrak
yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal pada suatu masyarakat. Parole merupakan realisasi langue yang bersifat konkrit karena
realitas fisis yang berbeda antara satu dengan yang lain.
3) Perbedaan
tanda linguistik yang terpisahkan yaitu signifiant
dan signifié. Siginifiant adalah
citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita.
Sedangkan signifié adalah pengertian
atau makna yang ada dalam pikiran kita.
4) Hubugan
sintagmatik dan paradigmatik. Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara
unsur-unsur yang tedapat pada tuturan, tersusun sistematis, bersifat linier.
Hubungan ini terdapat dalam tataran fonologi, morfologi maupun sintaksis.
Sementara hubungan paradigmatik merupakan hubungan antara unsur dalam suatu
tuturan dengan unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan. Hubungan ini
dapat dilihat dengan cara substitusi, baik pada fonologi, morfologi maupun
sintaksis.
2.2
Perkembangan Linguistik Generatif
Noam Chomsky
merupakan pengembang model tata bahasa transformational
Generatif Grammar tapi, di Indonesia lebih dikenal dengan dengan tata
bahasa tranformasi atau tata bahasa generatif. Aliran linguistik ini muncul
berusaha untuk mematahkan pendapat kaum strukturalis, yang menganggap bahwa
peneliti bahasa harus selalu berpaku pada data bahasa yang akan dikaji,
sementara menurut Chomsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah
meneliti bahasa itu sendiri. (Chaer, 2013: 364). Seperti yang telah diketahui
bahwa bahasa merupakan kumpulan kalimat yang tersusun dari deretan bunyi serta
memiliki makna. Tata bahasa juga harus menggali semua itu seperti, bagaimana
hubungan bunyi dan arti yang sesuai dengan konteks yang jelas.
Chomsky mengatakan
bahwa setiap tata bahasa dari suatu bahasa merupakan teori dari
bahasa itu sendiri dan bahasa harus memiliki dua syarat;
1) Kalimat yang dihasilkan oleh
tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai
kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.
2) Tata bahasa tersebut harus
berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak
berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar
dengan teori linguistik tertentu.
Dalam tata bahasa
generatif berusaha untuk mampu menggambarkan kemampuan si penutur untuk dapat
mengerti kalimat yang tak terbatas jumlahnya. Berdasarkan hal tersebut, chomsky
membedakan bahasa menjadi kemampuan
(competence) dan perbuatan bahasa
(performance). Kemampuan adalah pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa
mengenai bahasanya, sedangkan perbuatan bahasa adalah pemakaian bahasa itu
sendiri dalam keadaan yang sebenarnya. (Chaer, 2013: 364)
Ciri-iri
aliran linguistik generatif adalah sebagai berikut.
1)
Berdasarkan
Paham Mentalis
Aliran berpendapat bahwa proses berbahasa bukan
sekedar proses rangsang-tanggap semata-mata, akan tetapi justru menonjol
sebagai proses kejiwaan. Proses berbahasa bukan sekedar proses fisik yang
berupa bunyi sebagai hasil sumber getar yang diterima oleh alat auditoris, akan
tetapi berupa proses kejiwaan di dalam diri peserta bicara.
2) Bahasa Merupakan Innate
Bahasa merupakan factor innate (warisan keturunan).
Dalam hal ini untuk membuktikan teorinya Chomsky dengan bantuan rekannya membuktikan bahwa struktur
otak manusia dengan simpanse persis sama, kecuali satu simpul syaraf bicara yang ada pada struktur otak manusia tidak terdapat
pada struktur otak simpanse. Itulah sebabnya simpanse tidak dapat berbiara
seperti manusia., meskipun ia telah dilatih berkali-kali, karena hal itu tidak
disebabkan oleh kebiasaan, akan tetapi harus ada factor keturunan.
3)
bahasa
terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan
teori generative memisahkan bahasa atas dua lapisan,
yakni deep structure (struktur dalam/
lapis batin) yaitu tempat terjadinya proses berbahasa yang sesungguhnya/ seara
mentalik dan surface structure
(struktur luar/ struktur lahiriyah) yaitu wujud lahiriyah yang
ditransformasikan dari lapis batin.
4)
bahasa
terdiri atas unsur competen dan performance
aliran generative memisahkan bahasa atas unsur competent yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang
penutur tentang bahasanya termasuk kaidah-kaidah yang berlaku bagi bahasanya
dan performance yaitu kertampilan seseorang dalam menggunakan bahasa tersebut.
5)
analisis
bahsa bertolak dari kalimat
aliran ini beranggapan bahwa kalimat merupakan tataran
gramatik yang tertinggi. Dari kalimat analisisnya turun ke frasa dan kemudian
dari frasa turun ke kata. Aliran ini tidak mengakui adanya klausa.
6)
bahsa
bersifat kreatif
iri ini merupakan reaksi atas anggapan kaum struktural
yang fanatik terhadap standar keumuman. Dalam aliran generatf yang terpenting
adalah kaidah. Walaupun suatu bentuk kata belum umum asalkan pembentukannya
sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka tidak ada halangan untuk mengakuinya
sebagai bentuk gramatikal. Contoh:
a.
Sampah
telah menggunung di tepi jalan.
Kata menggunung terbentuk dari kata gunung dan prefik me-ng bermaksud
menyerupai gunung
b.
Peluhnya
menganak sungai, dll
7)
membedakan
kalimat inti dan kalimat generative
aliran ini membedakan antara kalimat inti dan kalimat
generative. Kalimat inti adalah kalimat yang belum dikenai oleh kaidah
generative, mempunyai cirri-ciri (a) lengkap, (b) simple, (c) aktif (merupakan cirri pokok), (d) statement, (e) positif, (f) runtut
(merupakan cirri
tambahan).
Kelebihan dan Kekurang Aliran Transformsi Generatif
1)
Kelebihan
aliran transformasi generative
a.
proses
berbahasa merupakan proses kejiwaan bukan fisik.
b.
Seara
tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan ketrampilan berbahasa
c.
Dapat
membentuk konstruksi-konstruksi lain seara kreatif berdasarkan kaidah yang ada
d.
Dengan
membedakan kalimat inti dan transformasi telah dapat dipilah antara substansi
dan perwujudan
e.
Dapat
menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena gramatiknya bersifat
generative.
2)
kekurangan
Aliran Transformasi Generatif
a.
tidak
mengakui eksistensi klausa, sehingga tidak dapat memilah konsep klausa kalimat
b.
bahasa
merupakan innate, walaupun manusia memiliki innate untuk berbahsaa tetapi tanpa
dibiasakan atau dilatihmustahil akan bisa
c.
setiap
kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep structure.
2.3 Linguistik struktural
Linguistik
struktural menurut Chaer berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri
atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu (2007: 346). Padangan ini merupakan
akibat dari pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang bertentangan
dengan linguistik tradisional. Linguistik tradisional selalu berusaha untuk
menerapkan pola-pola tata bahasa Yunani atau Latin dalam usaha untuk
mendeskripsikan suatu bahasa.
Linguistik
struktural mengalami perkembangan pesar sejak buku yang berjudul Language tahun 1933 diterbitkan oleh
Bloomfield. Menurut Suhardi, sejak saat itu mulailah dirumuskan
konstruk-konstruk, seperti fonem dan morfem, pemisahan tahap analitik untuk
subkomponen fonemik, morfemik, dan sintaksis, penemuan konsep relativitas
linguistik dari berbagai bahasa nonIndo Eropa (2013: 46). Penerapan konsep
secara teoritik ini menjadikan linguistik struktural sangat ampuh dalam
pengajaran bahasa
Alwasilah
mengemukakan beberapa ciri-ciri yang terdapat dalam bahasa struktural, secara
garis besar dirincikan sebagai berikut;
1) Membedakan makna leksis dan
makan struktur
2) Tata bahasa diartikan
sebagai perangkat bentuk formal. Dengan demikian, pemerian gramiatiknya formal
tidak notional, yaitu berdasarkan bukti-bukti sintaksis dan morfologis yang
jelas teramati.
3) Dalam analisis sintaksis
diperhatikan bentuk kata, tertib kata, kata fungsi dan intonasi.
4) Analisis bergerak dari
bentuk menuju makna, dari fonem menuju kaimat.
5) Jenis kata dibagi ata fungsi
dan leksis
6) Membedakan ujaran dan
tulisan dengan prioritas bahasan pada ujaran.
7) Memberikan perhatian pada
ragam bahasa
8) Menganalisis kalimat dengan
metode unsur bawahan langsung yang ternyata tidak bisa menjelaskan
kalimat-kalimat yang berdwiarti.
9) Menekankan pentingnya studi
perbandingan antara bahasa dalam menganalisis kalimat.
10) Bahasa dianggap sebagai proses stimulus-respon (Suhardi,
2013: 48)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Linguistik
modern dirintis pertama kali sejak munculnya seorang linguis berkebangsaan
Swiss Ferdinand de Saussure dengan teori
linguistik strukturalnya. Linguistik struktural merupakan kajian linguistik
yang membahas bahasa menggunakan pendekatan pada bahasa itu sendiri. Linguistic
structural sering dipertentangkan dengan linguistic tradisional. Linguistic structural mengkaji bahasa dari ciri
formal yang ada didalam bahasa, sedangkan linguistic tradisional mengkaji
tataran filsafat dan semantik.
Linguistik
struktural yang juga disebut sebagai linguistik modern lahir karena
ketidakpuasan pada aliran linguistik tradisional yang mengkaji bahasa bukan
dari bahasa itu sendiri tetapi mengkaji menggunakan disiplin ilmu yang lain.
Perkembangan linguistik dari zaman ke zaman mengalami perkembangan dan
melahirkan teori-teori dan aliran-aliran linguistik.
Aliran linguistik generatif
mucnul sebagai penolakan terhadap
aliran struktural yang beranggapan bahwa bahasa itu sifatnya learned dapat dipelajari dari lingkungan
sekitar dan kelayakan kajian kebahasaan ditentukan oleh deskripsi data
kebahasaan seara induktif karena mengalami paham positivism yang
memasyarakatkan para peneliti bahasa untuk melekatkan dirinya pada sebagian
data bila melakukan penelitian, sehingga penelitiannya kebanyakan bersifat
kuantitatif. Tidak demikian bagi Chomsky, bahasa menurut Chomsky bersifat
innate, artinya bahasa merupakan keturunan dan sudah ada dalam jiwa manusia dan
kajian linguistik berkaitan dengan aktivitas mental yang probabilitas, dan
bukan berhadapan dengan data kajian yang tertutup dan selesai sehingga dapat
dianalisis dan dideskripsikan secara pasti.
Chomsky beranggapan bahwa
teori linguistik harus dikembangkan dengan bertolak dari kerja seara deduktif
yang dibangun oleh konstruk hipotetik tertentu. Seperti yang
telah diketahui bahwa bahasa merupakan kumpulan kalimat yang tersusun dari
deretan bunyi serta memiliki makna. Tata bahasa juga harus menggali semua itu
seperti, bagaimana hubungan bunyi dan arti yang sesuai dengan konteks yang
jelas.
Daftar rujukan
Alwasilah,
Chaedar. 1985. Beberapa Madhab dan
Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa.
Chaer,
Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta
Kridalaksana,
Harimurti. 2005. Mongin-Ferdinand De
Sassure (1857-1913) Peletak Dasar Strukturalisme dan Linguistik Modern. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Suhardi.
2013.Pengantar Linguistik Umum. Jogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar